A. SUMBER BUKTI TAKSONOMI
Berikut ini akan diungkapkan beberapa cabang biologi yang dapat dijadikan sebagai sumber bukti taksonomi:
- Morfologi
Beberapa ciri morfologi yang sering diabaikan, yaitu:
- Sulit dilihat , misal kelenjar madu, lodicula, tangkai benang sari
- Sulit dibuat koleksi , misal pangkal daun dari suku palmae
Ciri yang memiliki nilai taksonomi, yaitu :
1) Perawakan (Habitus)
Perawakan berhubungan dengan ciri, seperti ukuran , percabangan, penyebaran, kerapatan, bentuk, ukuran serta tekstur daun, sistem perakaran, cara perkembangbiakkan, serta kehidupan dan periodisitas. Dalam taksonomi , dapat diartikan :
- Digunakan untuk menguraikan dan membandingkan bermacam-macam sifat perawakan tumbuhan yang berbeda
- Untuk memperkirakan tingkat adaptasi dan penyesuaian ekologis terhadap habitat.
2) Organ – organ dalam tanah
Organ dalam tanah memberikan ciri yang berharga untuk pemisahan taksonomi, misal taksonomi marga Raninculus. Dalam marga Aristolochia bentuk akar (bulat, bulat telur, silindris, bentuk tombak, bentuk napiformis) merupakan sifat yang konstan dan penting untuk menentukan jenis.
3) Daun
Bentuk daun menunjukan variasi yang sangat luas mulai dari pangkal sampai ujung daun, terutama tunas dari berbagai jenis pohon. Ptiksis adalah cara penggulungan atau pelipatan organ yang berdiri sendiri seperti daun atau petela pada waktu kuncup. Sifat ini sebagai sumber bukti Taksonomi pada takson tertentu misal marga primula suku Rosaceae.
Bentuk pangkal daun , morfologi stipila , pertulangan daun dan sifat tertentu seperti epidermis daun dan jumlah stomata penting sebagai bukti taksonomi untuk takson tertentu.
2) Embriologi
Banyak macam data embriologi yang digunakan untuk memecahkan masalah taksonomi. Data tersebut berasal dari beberapa sumber baik yang berkaitan dengan struktur maupun proses, seperti: kepala sari, gametofit jantan, gametofit betina, bakal biji, pembuahan, endosperma, kulit biji, apomiksis dan poliembrio. Pembagian utama Dikotil dan Monokotil didasarkan pada satu sifat embrio (lembaga), tapi untuk taksa rendah masih jarang digunakan. Ada beberapa macam tipe bakal biji, yaitu orthotropous bila mikropil terletak di bagian atas, sedangkan hilumnya di bagian bawah; amphitropous, yaitu bakal biji yang tangkai bijinya membengkok sehingga ujung bakal biji dan tangkai dasarnya berdekatan satu sama lain. Anatropous, yaitu bakal biji yang mempunyai mikropil membengkok sekitar 180o, dan campylotropous, yaitu bakal biji yang membengkok 90o sehingga tali pusar tampak melekat pada bagian samping bakal biji.
3) Anatomi
Data anatomi antara lain dapat dipergunakan untuk tujuan praktis, misalnya identifikasi, penggolongan atau mempelajari arah filogenetik dan tingkat kekerabatan. Peranan anatomi perbandingan batang dalam taksonomi antara lain:
a) Mempunyai nilai untuk pengenalan dan untuk menentukan kekerabatan dan arah evolusi spesialisasi
b) Sebagai ciri-ciri identifikasi, sifat-sifat anatomis mungkin dapat dipergunakan pada semua tingkat taksonomi, tetapi pada tingkat jenis dan di atas tingkat suku dalam Angiospermae cenderung kurang dapat dipercaya.
c) Di atas tingkat suku pada Angiospermae, heterogenitas struktur anatomis mengingatkan asal “polyphyletic”
d) Kriteria endomorfik tidak mempunyai nilai yang sama pada seluruh taksa
e) Faktor-faktor lingkungan dapat menyebabkan variasi pada sifat-sifat anatomis.
f) Sistematik anatomi dalam pendekatan taksonomi melengkapi eksomorfologi
Persamaan ciri-ciri anatomi dapat timbul melalui evolusi searah dan evolusi menyebar
Dalam mendeterminasi, menunjukkan kecondongan evolusi atau kekerabatan secara filogeni. Data anatomi ini banyak digunakan untuk mendeterminasi kayu-kayu ekonomis. Beberapa contoh pemakaian data anatomi dalam taksonomi:
a) Orang menyimpulkan keprimitifan suku-suku Ranales diperkuat dengan tidak adanya pembuluh tapis; sifat ini juga dimiliki Gymnospermae dan Pteridophyta.
b) Susunan sel pelindung stomata berbeda-beda dan mantap untuk marga atau di atasnya.
c) Kerapatan stomata bisa membantu sampai jenis
d) Anatomi bunga; adanya bekas-bekas ikatan pembuluh meski bunga tereduksi, sehingga orang dapat membuktikan adanya bekas-bekas mahkota pada Fagaceae, sehingga memperkuat dugaan bahwa suku tersebut dan sebangsanya mempunyai bunga yang tidak primitif.
4) Palinologi
Palinologi adalah studi tentang serbuk sari dan spora. Serbuk sari menjadi sumber taksonomi yang penting. Variasi yang diperlihatkan serbuk sari antara lain adalah jumlah dan letak alur dan lubang di permukaannya, bentuk ukiran eksin (lapisan luar serbuk sari) serta bentuk umum dan ukurannya. Serbuk sari bisa khas untuk jenis, marga atau suku. Ciri-ciri utama butir polen yang mempunyai nilai taksonomi adalah jumlah dan posisi alur, jumlah, posisi dan kekompleksan apertura serta bentuk pahatan eksin. Tipe butir polen pada Angiospermae ada 2 tipe poko yaitu :
a) Monocolpate : butir polen yang dilengkapi suatu alur tunggal yang terdapat pada satu sisi butir polen yang jauh dari titik hubungan setrad.
b) Trocolpate : butir polen dengan tiga alur meridional. Rangkaian spesialisasi diawali dari monocolpate maupun tricolpate kemudian mencapai puncaknya pada acolpate (tanpa alur) dan pancolpate (beralur banyak).
5) Sitologi
Data sitologis umumnya berasal dari nukleus, jumlah dan morfologi kromosom, dan kelakuan kromosom pada waktu meiosis. Sitotaksonomi adalah disiplin ilmu yang mempelajari variasi dan menerangkan ketidaksinambungan variasional dan kekerabatan dalam batas-batas sitologi. Sitologi adalah ilmu tentang seluk beluk sel. Meskipun istilah sitologi menyangkut semua aspek sel, namun bila dikaitkan dengan taksonomi, pembahasan difokuskan pada kromosom dan berbagai atributnya. Berbagai data kromosom yang digunakan untuk tujuan taksonomi, yaitu: jumlah, ukuran dan bentuk, perilaku pada waktu meiosis: diambil kariotipe (keadaan kromosom pada tingkat metaphase dalam proses mitosis), meliputi ukuran panjang kromosom, letak sentromer, ada tidaknya satelit.
a) Ukuran kromosom mantap untuk jenis
b) Jumlah kromosom semua individu yang tergolong satu jenis itu umumnya sama, kecuali dalam beberapa jenis tertentu.
6) Fisiologi
Data-data fisiologi tidak dipakai secara langsung untuk keperluan bukti-bukti taksonomi. Musim berbunga, keperluan cahaya, pola perkawinan, penyebaran geografis penting untuk mempertegas perbedaan jenis-jenis tumbuhan.
7) Fitokimia
Cari kimiawi dapat mempunyai nilai taksonomi yang tinggi jika dapat menunjukkan konstan, tidak menyebar pada seluruh takson secara sama, tidak mudah terpengaruh satu dengan yang lainnya. Ciri kimiawi dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
- · Secara langsung dapat dilihat seperti butiran pati dan rafid
- · Berupa hasil tumbuhan seperti alkaloid, flavonoid dan terpenoid
- · Serologi dan elektroforesis protein
1. Butiran-butiran pati
Butiran-butiran pati terdapat didalam plastisida-plastisida. Butiran-butiran dapat tunggal atau majemuk, mereka bervariasi dalam bentuk dan sering menunjukkan lapisan. Bentuk butiran-butiran pati bersama-sama dengan jumlah kromosom dan ciri lainnya telah digunakan untuk mengklasifikasikan Gramineae Genera dalam tribus Hordeae mempunyai butiran-butiran tunggal sedangkan Nardus, Lolium dan Parapholis mempunyai butiran-butiran majemuk.
2. Rafid
Yaitu tukalan-tukalan Kristal kalsium yang terkandung dalam sel-sel besar, dalam tumbuhan. Tukalan-tukalan Kristal kalsium oksalat ini terbatas pada kelompok tumbuhan tertentu dan mempunyai nilai sebagai bukti hubungan kekerabatan. Rafid terdapat dalam kira-kira 35 suku dari Angiospermae. Baik pada Dicotyledoneae maupun Monocotyledoneae. Ada tidaknya rafid ini telah digunakan oleh para ahli taksonomi sebagai tanda-tanda taksonomois yang sangat berharga. Adanya rafid tadi sudah membantu penyusunan system klasifikasi yang lebih alamiah dalam suku Rubiaceae, Liliaceae dan Compositae.
8) Hasil Tumbuhan
Penelitian hasil tumbuhan alami telah banyak dilakukan oleh para ahli farmokologi untuk kepentingan ekonomi. Jumlah subtansi kimiawi yang diteliti untuk sistematika dalam Angiospermae masih sedikit. Substansi yang telah diketahui dengan baik adalah alkaloid2, glikosida2, substansi fenol karbohidrat dan minyak-minyak esensial dan sebagainya.
Ciri Kimiawi dapat digunakan pada semua tingkat hirarki taksonomis. Tumbuhan yang tergolong dalam satu suku dianggap mengandung substansi kimia serupa. Hal ini dapat digunakan sebagai keterkaitan jauh dekatnya hubungan kekerabatan.
9) Penyebaran geografis
Memegang peranan penting dalam menentukan apakah suatu kelompok populasi perlu diperlakukan sebagai jenis tersendiri atau cukup sebagai sub spesies, varietas atau forma. Erat hubungannya dengan factor ekologi yang menentukan beberapa sifat biologi Mempelajari asal usul, sejarah perkembangan dan evolusi takson Dengan peta penyebaran, setiap jenis dapat diselidiki daerah paling banyak jumlah jenis dan paling besar variasi ciri-cirinya yang dianggap sebagai pusat keanekaragaman dan sering dianggap tempat asal evolusi takson itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar